Wednesday, June 01, 2011

Mutiara News edisi 07/2011

Ini adalah tulisan saya di majalah Mutiara News, sebuah majalah yang dikeluarkan oleh Mutiara Bank untuk para nasabah prioritasnya.

cover and masthead
m-priority, ulasan profil nasabah prioritas


m-culinary, ulasan dining places and the food

Wednesday, May 25, 2011

Thawaf - Transaksi Valas

Sepertinya ini adalah tulisan pertama dan satu-satunya (sampai hari ini) tulisan saya yang dimuat di majalah bernafaskan Islam. (saya sendiri beragama Katolik).
Semuanya terjadi saat my bos asked me for a favor to write for this particular article, tentang profil lembaga, untuk di majalah Thawaf. Majalah ini adalah majalah haji bagi para umat muslim. Kebetulan, topiknya pun tidak terlalu agamawi, topiknya tentang valas dan mata uang riyal. Jadi, bertugaslah saya.

Kebetulan saya memakai kalung salib sebagai aksesoris harian. Si bapak yang diwawancara di artikel ini sampai terheran-heran, "Kamu kan Kristen, kok disuruh ngerjain Thawaf sih?" hihihi saya dan fotografer hanya bisa terkikik lucu. Nada bapak ini bukannya yang pengkotakan sih, tapi lebih heran, kasihan amat nih anak. Hahaha.

It is okay lah, jadi punya cerita kan..

Monday, August 09, 2010

GOODLIFE - Around The World in Style

GOODLIFE - Menuju Stasiun Perubahan

GOODLIFE edition no 2, August 2010

Edisi 2, Agustus 2010. Cover: Adrie Subono
Penerbit: PT Simple Media. Alamat: Jl, Panglima Polim X No. 16, Jakarta Selatan 12160. Editor-in-Chief: Nico Siahaan. Managing Editor: Toto Tentrem. Writers: Nuzul Akbar Nazar; Veni Duty Inovanty. Contributors: Andini Darmadi; Poltak Hotradero; Dian Prima; Okke Gania; SKAS - Studio 247l. Art Director: Freddy Handyside. Graphic Designer: Aditya Zadewa. Photographer: Yongki Hermawan. Sales Advertising & Marketing Communication: Ade Herviany; Franky Oberto. Accounting: Gea Irraselda. Distribution: Iman Adisoma. Project Manager: Kiki Jaumil. Managing Director: Aoura Lovenson Chandra. Directors: Gundo Susiarjo; Wandy Wauran; Adi Haryono. Sources: Dr. Reinhard Purwana, MD SPKK; Telly Djoko; Dana Mahmud; Azwar Hadi Kusuma; Tjipto 'Kiki' Widodo; Aris Yashadana.

Motto: It's a Journey - Not a Destination. Ini adalah majalah gaya hidup, khususnya untuk golfer. Isinya, selain aneka informasi mengenai golf, juga ada tentang kesehatan, seks, otomotif, keuangan, dan lain-lain. Beberapa nama rubriknya, antara lain, Cover Story; Golf Course; Course Management; Club Profile; Golf Equipment; Sex; Fitness; Health; dan masih banyak lagi.

Tuesday, July 20, 2010

GOODLIFE - Candu Media di Tangan Anda

GOODLIFE - The Dream Car (for) 2010

GOODLIFE

Edisi Perdana Juli 2010 Cover: Marcella Zalianty. Photographer: Okke Gania. Make-up Artist: Mia. Stylist: Valeska.

Penerbit: PT Simple Media. Alamat: Jl, Panglima Polim X No. 16, Jakarta Selatan 12160. Editor-in-Chief: Nico Siahaan. Managing Editor: Toto Tentrem. Writers: Nuzul Akbar Nazar; Veni Duty Inovanty. Contributors: Andini Darmadi; Poltak Hotradero; Dian Prima; Okke Gania; SKAS - Studio 247l. Art Director: Freddy Handyside. Graphic Designer: Aditya Zadewa. Photographer: Yongki Hermawan. Sales Advertising & Marketing Communication: Ade Herviany; Franky Oberto. Accounting: Gea Irraselda. Distribution: Iman Adisoma. Project Manager: Kiki Jaumil. Managing Director: Aoura Lovenson Chandra. Directors: Gundo Susiarjo; Wandy Wauran; Adi Haryono. Sources: Dr. Reinhard Purwana, MD SPKK; Telly Djoko; Dana Mahmud; Azwar Hadi Kusuma; Tjipto 'Kiki' Widodo; Aris Yashadana.

Motto: It's a Journey - Not a Destination. Ini adalah majalah gaya hidup, khususnya untuk golfer. Isinya, selain aneka informasi mengenai golf, juga ada tentang kesehatan, seks, otomotif, keuangan, dan lain-lain. Beberapa nama rubriknya, antara lain, Cover Story; Golf Course; Course Management; Club Profile; Golf Equipment; Sex; Fitness; Health; dan masih banyak lagi.

Tuesday, January 12, 2010

TIDAR - press releases

Press release created for TUNAS INDONESIA RAYA or TIDAR, a youth organization that provides a place for the youth to express their creativity and aspirations toward nation.
I write the press releases for the Pengurus Pusat (Headquarter) and many of its copywriting on the website.
Please ask for samples.

Thursday, August 20, 2009

RAGAM RASA [MENCINTAI] INDONESIA


Banyak orang mulai kuatir dengan merosotnya rasa nasionalisme, terutama di kalangan anak muda. Sebelum rasa kuatir itu mulai berlebih, ada baiknya kita mengetahui sedikit apa itu sebenarnya nasionalisme.

Nasionalisme. KBBI mengartikannya sebagai “Paham [ajaran] untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan”. Arti kedua adalah “Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan”.

Suatu bangsa dibangun dengan kebangsaan dan rasa kebangsaan akan bangsanya. Konsep bangsa berakar dan banyak ditentukan dari suku bangsa. Indonesia memiliki suku bangsa yang amat beragam, dengan masing-masing identitasnya.

Kebangsaan [nationality] dan rasa kebangsaan [nationalism] saling terkait. Nasionalisme bukan hanya prinsip politik, namun lebih merupakan suatu ideologi yang menyelimuti imajinasi kita sebagai warga negara akan negara [nation] yang kita idamkan. Maka, jika imajinasi kita semakin dibuyarkan karena segala hal yang terjadi di negara ini, rasa kebangsaan itu pun dapat menipis.

Dalam kasus Indonesia yang adalah negara majemuk, suku bangsa dan kebangsaan menjadi tombak utama sekaligus bumerang. Indonesia bisa menjadi bangsa yang kuat, namun keragaman itu juga bisa menjadi sumber disintegrasi bangsa. Nasionalisme sebagai prinsip dasar kebangsaan akan menjadi penting ketika kita ingin tak ada perpecahan di antara masyarakat.

Masyarakat membayangkan negara yang memberikan rasa aman, dengan perekonomian yang baik dan kondusif, pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab dan tertata baik, untuk ditinggali. Imajinasi ini ada di setiap benak individu yang tinggal di Kepulauan Indonesia. Namun, banyak hal terjadi di dalam suatu masyarakat yang berkumpul dalam negara. Memudarnya rasa kebangsaan mungkin banyak disulut karena menyaksikan rangkaian peristiwa yang terjadi.

Contohnya, selama beberapa tahun ini Indonesia memerangi korupsi yang sepertinya sudah mengakar. Anak muda seringkali mendengar keluh kesah para tetua mengenai negara ini saat acara kumpul keluarga, atau di ruang tamu sendiri. Mulai dari korupsi, bom, pemerintah tidak becus, birokrasi carut marut, harusnya Indonesia begini dan begitu. Akhirnya, terbentuklah konsep kontra-imajinasi di kepala anak muda. Apalagi, globalisasi memberikan akses untuk menyaksikan, mendengar, dan mengetahui semua yang terjadi di luar sana, jadi anak muda pun punya perbandingan. Sehingga lambat laun anak muda seperti apatis terhadap situasi negara ini, dan hasilnya adalah [anggapan] memudarnya rasa nasionalisme itu.

Padahal rasa kebangsaan sebenarnya merupakan perasaan cinta pada bangsa yang diselimuti nilai-nilai sentimental dan kadarnya bervariasi pada setiap individu. Meskipun anak muda seringkali apatis terhadap kondisi negara ini, namun mereka memutar otak, mencari cara untuk menunjukkan rasa cinta bangsa dengan cara mereka sendiri. Walau mungkin sering tampak kebarat-baratan, tetapi di tengah arus globalisasi, itu bukan hal yang aneh. Itu namanya fit to survival.

Anak muda justru semakin kreatif dan selalu berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia. Hanya saja, mungkin kurang terpantau sehingga sepertinya tenggelam. Padahal tidak. Ada Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang berjaya di berbagai ajang kompetisi internasional. Lalu ada band Superman Is Dead [SID] yang memukau penonton di ajang Vans Warped Tour di Pittsburgh, Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Ada juga mereka yang menerabas melalui industri musik dan clothing. Semua masih muda, semua berprestasi, semua bangga mewakili Indonesia.

Kita ini [sebenarnya] cinta Indonesia. Mungkin belum menemukan cara yang tepat untuk menunjukkan kecintaan itu. Padahal mudah saja. Mulai dari memakai produk buatan Indonesia, baik yang menunjukkan ciri khas budaya maupun yang sifatnya netral. Misalnya sepatu Indonesia, tas, batik, kebaya, dan masih banyak lagi budaya kita yang belum tereksplorasi. Beberapa anak muda juga memilih menunjukkan cintanya dengan bergabung di Akademi Kepolisian, menjadi atlet nasional, mengikuti kompetisi di luar negeri, dan lainnya. Banyak cara.

Jadi sebenarnya, rasa nasionalisme itu sudah ada di dalam hati kita semua, dengan kadar yang berbeda pada setiap individu. Sekarang semua itu dikembalikan kepada setiap individu, untuk terus meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa, apapun yang terjadi pada negara ini. Kita tinggal menemukan cara yang dirasa tepat dan cocok dengan diri kita.

Nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas bangsa, menghadapi rintangan untuk memajukan bangsa. Itulah yang harus dilakukan untuk menunjukkan nasionalisme kita, dan jika kita tidak melakukannya, kita akan melupakan kebangsaan tersebut dan perlahan namun pasti nasionalisme akan memudar.

Apa saja yang dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta terhadap bangsa kita?
1. Be the agent of change. Jadilah agen perubahan. Sedapat mungkin berpartisipasi dalam setiap peristiwa yang memungkinkan terjadinya perubahan. Ingat, sekecil apapun bentuk partisipasimu, jika itu dapat membawa perubahan paling minor sekalipun, kamu telah menjadi agen perubahan. 

2. Pakailah produk Indonesia. Hasil budaya Indonesia sangat beragam, sangat banyak jumlahnya. Berbagai produk yang kini tersedia di pasar baru segelintir kekayaan produk Indonesia. 

3. Coba melakukan travel dalam negeri. Masih banyak tempat di Indonesia untuk didatangi dan dieksplorasi. Selain biaya lebih murah, kita jadi lebih dapat mengenal Indonesia dan segala isinya. 

4. Jika kamu punya usaha atau punya bakat, beranikan diri untuk memasarkannya ke dunia internasional. Cara termudah, ya lewat internet. 

5. Mengamalkan sopan santun, budi pekerti dan belajar tanpa henti agar ilmu kita bisa digunakan untuk memberi kontribusi pada negara suatu hari nanti.

6. Apapun. Selama itu mengharumkan nama Indonesia, lakukanlah. Yang penting, bangga menjadi Indonesia. 

Dirgahayu Indonesia!



tulisan ini dipublikasikan di http://www.blahbloh.com/?p=blohticle dan http://www.facebook.com/note.php?note_id=133602500344 pada Agustus 2009